Studi: Banyak Orang Indonesia yang Masih Belum Paham tentang Stunting
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) terus berupaya menurunkan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024.
Segala cara terus dilakukan, mulai dari edukasi pangan bergizi demi cegah stunting hingga memperbaiki kualitas kesehatan perempuan sebagai calon ibu.
Sayangnya, fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak orang Indonesia tidak sepenuhnya tahu definisi stunting itu sendiri, baik penyebab maupun dampaknya.
Baca juga: Sule Rayakan Ulang Tahun Adzam dengan Menggelar Syukuran dan Santunan Anak Yatim
Menurut studi Health Collaborative Center (HCC), 5 dari 10 orang Indonesia tidak percaya atau tidak setuju bahwa stunting bisa menghambat kognitif anak.
Bukan hanya itu, 4 dari 10 orang Indonesia tidak setuju bahwa risiko dan penyebab stunting karena faktor kurang nutrisi dari makanan.
"Dari data ini diketahui bahwa terjadi kesalahpahaman di tengah masyarakat tentang apa dan bagaimana dampak stunting. Definisi stunting di masyarakat masih bertentangan dengan pengetahuan kesehatan," ungkap Peneliti Utama dan Chairman HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, dalam paparannya di Media Breafing di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (13/12/2022).
Kondisi tersebut menjadi penghambat program penurunan angka stunting di Indonesia. Paslanya, ketika definisi stunting saja tidak diketahui dengan benar oleh masyarakat, bagaimana aksi bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
"Pemahaman soal stunting menjadi dasar pengentasan stunting di masyarakat. Masalah ini juga bisa menghambat program edukasi dan kampanye yang masif yang dilakukan oleh pemerintah," tutur dr. Ray.
Selain dua poin di atas, ada empat poin salah kaprah tentang stunting lainnya yang didapatkan oleh studi ini. Poin ketiga adalah 6 dari 10 orang Indonesia tidak yakin bahwa anak berisiko stunting itu berhubungan dengan pola asuh orang tua.
Segala cara terus dilakukan, mulai dari edukasi pangan bergizi demi cegah stunting hingga memperbaiki kualitas kesehatan perempuan sebagai calon ibu.
Sayangnya, fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak orang Indonesia tidak sepenuhnya tahu definisi stunting itu sendiri, baik penyebab maupun dampaknya.
Baca juga: Sule Rayakan Ulang Tahun Adzam dengan Menggelar Syukuran dan Santunan Anak Yatim
Menurut studi Health Collaborative Center (HCC), 5 dari 10 orang Indonesia tidak percaya atau tidak setuju bahwa stunting bisa menghambat kognitif anak.
Bukan hanya itu, 4 dari 10 orang Indonesia tidak setuju bahwa risiko dan penyebab stunting karena faktor kurang nutrisi dari makanan.
"Dari data ini diketahui bahwa terjadi kesalahpahaman di tengah masyarakat tentang apa dan bagaimana dampak stunting. Definisi stunting di masyarakat masih bertentangan dengan pengetahuan kesehatan," ungkap Peneliti Utama dan Chairman HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, dalam paparannya di Media Breafing di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (13/12/2022).
Kondisi tersebut menjadi penghambat program penurunan angka stunting di Indonesia. Paslanya, ketika definisi stunting saja tidak diketahui dengan benar oleh masyarakat, bagaimana aksi bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
"Pemahaman soal stunting menjadi dasar pengentasan stunting di masyarakat. Masalah ini juga bisa menghambat program edukasi dan kampanye yang masif yang dilakukan oleh pemerintah," tutur dr. Ray.
Selain dua poin di atas, ada empat poin salah kaprah tentang stunting lainnya yang didapatkan oleh studi ini. Poin ketiga adalah 6 dari 10 orang Indonesia tidak yakin bahwa anak berisiko stunting itu berhubungan dengan pola asuh orang tua.